Sony Interactive Entertainment telah merilis game eksklusif Stellar Blade di PlayStation 5 atau PS5. Berikut review-nya.

Penantian panjang itu berakhir. Jumat, 26 April 2026, Sony Interactive Entertainment merilis game eksklusif mereka Stellar Blade di PlayStation 5 atau PS5. Game aksi petualangan dengan protagonis perempuan ini membetot perhatian banyak gamer sejak trailer pertama dirilis pada 2019 dengan rencana judul awal, Project Eve. Kehadiran judul baru game eksklusif di tengah musim remake juga menjadi nilai tambah penantian Stellar Blade.
Berbekal review code dari Sony Interactive Entertainment Asia Tenggara, Autospin777 memainkan Stellar Blade lebih awal. Berikut review-nya.
Stellar Blade mengisahkan Bumi di masa depan yang dikuasai invasi mahluk asing, lebih tepat disebut monster, yang disebut Naytiba. Manusia tersingkir dan mengungsi ke stasiun ruang angkasa, yang dikenal dengan Koloni. Mereka mencoba merebut kembali Bumi dengan mengirim Pasukan Lintas Udara atau Linud yang misi utamanya membunuh pucuk pimpinan Naytiba, Elder Naytiba.
Saat masuk orbit Bumi, pesawat pengangkut mereka ditembaki artileri pertahanan udara sehingga sebagian besar pasukan tewas. Eve, sang protagis, termasuk satu dari segelintir anggota Linud yang selamat. Dia bahu membahu bertarung bersama pimpinan skuadron sekaligus mentornya, Tachy. Namun, mereka kalah saat berhadapan dengan Alpha Naytiba, kelas terkuat dari Naytiba. Tachy pun tewas.

Eve menjadi penyintas tunggal berkat diselamatkan Adam, yang kemudian membawa Eve ke kota terakhir yang dihuni manusia, Xion. Dengan bantuan tetua komunitas tersebut, Eve dipandu untuk menuntaskan misinya membunuh Elder Naytiba. Caranya dengan mengumpulkan inti kehidupan para Alpha Naytiba.
Pesona Eve dan Daya Tarik Game Soulslike
Shift Up, pembuat Stellar Blade, memenuhi janji mereka untuk membuat game yang menyenangkan. Kekuatan utama game ini adalah visual. Grafis bikinan studio asal Korea Selatan ini memang jempolan. Eve digambarkan sebagai perempuan cantik, berambut panjang terjuntai hingga betis, bertubuh langsing dengan payudara dan bokong besar, dan seterusnya. Formula keindahan fisik perempuan ini sepertinya menjadi andalan Shift Up karena juga terasa betul di Goddess of Victory: Nikke, game mobile yang melambungkan nama studio tersebut sejak 2022.
Namun, kekuatan visual game ini bukan sebatas pada penampilan fisik Eve. Shift Up menggambarkan semua hal secara mendetail, mulai lingkungan, karakter nonpemain atau NPC, sampai Naytiba. Bagi kami, yang memainkan game ini setelah Rise of the Ronin–game PlayStation yang mendapat kritikan soal kualitas grafis–penampilan visual Stellar Blade jadi terasa lebih yahud lagi.
Jujur saja, kami menyukai desain karakter Eve, yang mendapat banyak kritik karena dinilai berbusana terlalu terbuka. Tapi, kami bisa tetap menyukai Stellar Blade “tanpa” Eve. Misalnya, mengenakan kostum beruang Teddy yang menutupi Eve secara keseluruhan.
Sebab, gameplay atau jalan permainan Stellar Blade memang menarik. Game aksi ini mengadopsi soulslike, istilah yang merujuk pada sistem pertarungan yang mewajibkan pemain berstrategi–biasanya dengan ketepatan waktu memblokir, menepis, atau menghindari serangan musuh–untuk mengalahkan setiap lawan, bahkan tingkat keroco. Gaya pertarungan ini dirintis oleh seri Dark Souls dari studio Jepang, FromSoftware dan menginspirasi 50-an game lain, termasuk Elden Ring, Sekiro, dan Lies of P.

Hanya saja, Stellar Blade menyajikan pengaturan tingkat kesulitan. Pada tingkat mudah atau story mode, ada panduan waktu memencet tombol menangkis atau menghindar. Kalau pun gagal, tingkat kerusakan yang diderita Eve juga cuma secuil. Begitu juga saat Eve tewas, pemain tidak perlu mengulang dari lokasi jauh seperti di game soulslike betulan. Bagi gamer kasual seperti saya, soulslike versi ringan ini lebih menyenangkan karena menyisakan keasikan pertarungan tanpa perlu memicu emosi.
Pertarungan juga bisa berlangsung secara jarak jauh. Lily, rekan yang berlatar belakang mekanik, memodifikasi drone yang terus mendampingi Eve berfungsi ganda sebagai pistol.
Sejumlah wartawan dan pe-review menyebutkan jarang memakainya. Sebaliknya, saya malah sering kehabisan amunisi karena kelewat sering mengandalkan senjata jarak jauh tersebut. Sebab, pistol merupakan cara efektif untuk mengikis health poin atau HP musuh, sekaligus menghentikan serangan mereka. Apalagi, getaran di DualSense Controller PS5 asik betul saat meletupkan gundrone ini. Setiap jenis amunisi membutuhkan kekuatan pencetan serta memunculkan getaran berbeda. Sekilas, rasanya seperti memainkan Returnal, game tembak-tembakan besutan Housemarque yang terbit pada 2021.
Kejanggalan dan Kelemahan Stellar Blade
Stellar Blade juga punya rasa petualangan ala Tomb Raider dan Uncharted yang menuntut kebolehan pemain melompat dan berakrobat. Di beberapa lokasi, menu platformer ini terasa janggal karena Eve lebih sering melompat terlampau jauh, lalu mati, ketimbang lompatannya gagal mencapai sasaran seperti Lara Croft dan Nathan Drake.
Terlepas dari tampilan fisik Eve dan teman-temannya, karakterisasi para tokoh di Stellar Blade terasa lemah. Eve sejak awal digambarkan sebagai perempuan yang lempang dan begitu terus hingga game habis. Kehadiran Adam juga Lily sang mekanik tidak cukup kuat untuk menjadikan percakapan lebih hidup.
Kritikan terbesar kami adalah cerita. Mulai pertengahan permainan, Eve dan rekan-rekannya mendapati informasi yang berbeda 180 derajat dari yang mereka ketahui selama ini. Bukti dan fakta soal itu terus menguat di paruh akhir game. Namun, hingga game khatam, sekitar 25-30 jam, pemain tidak mendapat jawaban atas pertanyaan besar tersebut. Kami menanti end credit berakhir, berharap ada adegan post credit, namun hanya mendapati teks “pencarian akan kebenaran hakiki berlanjut”. Ini mengecewakan.
#autospin777 #autospin777slotgacor